Jumat, 26 Agustus 2011

MODUL WIDYA DHARMA STIE

Materi Pokok Perkuliahan

A.    Hakikat Bahasa
B.     Karya Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah
C.      Topik, Tema, dan Kerangka Karangan
D.    Pengkodifikasian
E.      Penulisan Daftar Pustaka
F.      Kutipan
G.      Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
H.    Makna Bahasa dan Perubahannya
I.        Pengklasifikasian Kata
J.       Paragraf
K.    Pilihan Kata
L.      Idiom dan Ungkapan Idiom
M.  Kalimat Efektif
A. Hakikat Bahasa
1. Definisi Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem lambang (simbol) bunyi yang arbitrer (mana suka) dan bermakna yang digunakan oleh manusia secara konvensional, unik, bervariasi, dan produktif dalam sebuah kelompok sosial untuk berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
2. CIRI-CIRI BAHASA
  1. Bahasa itu bersistem dan sistematis
Sebagai sebuah sistem, bahasa terdiri atas beberapa unsur/komponen yang saling berhubungan (unsur bunyi, unsur bentuk, unsur makna, unsur fungsi, unsur struktur, dan unsur proses). Sistematis maksudnya setiap unsur bahasa tertata secara teratur/hierarkis (fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, wacana). Berikut penjelasan bagian-bagian tersebut.
1)      Fonem adalah satuan bentuk terkecil dalam bahasa yang dapat membedakan makna.
2)     Morfem adalah satuan bentuk bahasa yang dapat membedakan arti dan atau mempunyai arti. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan kata dasar.
3)     Kata adalah salah satu bentuk bahasa yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
4)    Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa dan kalimat. Hubungan kata dalam kelompok kata tersebut masih sangat rengang sehingga tidak membentuk kestuan makna yang padu.
5)     Klausa adalah kelompok kata yang mengandung predikat (predikatif) dan belum membentuk kalimat.
  1. Bahasa itu lambang bunyi
Bahasa adalah lambang bunyi yang berupa satuan-satuan fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang mengacu pada suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau pikiran. Lambang/simbol menandai sesuatu tidak secara langsung dan alamiah, tetapi secara konvensional, sedangkan tanda menandai sesuatu secara langsung dan alamiah.
c.       Bahasa itu arbitrer artinya lambang bunyi yang ada tidak mempunyai hubungan wajib dengan konsep, ide, atau pengertian yang dikandungnya.
Contoh:
bunga (bahasa Indonesia)                                              flower (bahasa Inggris)
puspa (bahasa Jawa)                                                    kanna (bahasa Jepang)
sekar (bahasa Kawi)                                                     bloomen (bahasa Belanda)
d.      Bahasa itu bermakna, maksudnya bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi tersebut hendaknya mengacu pada suatu konsep atau makna tertentu agar dapat dipahami.
e.       Bahasa itu konvensional maksudnya bahwa bahasa merupakan sebuah hasil kesepakatan masyarakat pemakainya tentang keterkaitan antara lambang bunyi dengan konsep atau makna yang diwakilinya. Kekonvensionalan bahasa terletak pada ketaatan dan kepatuhan masyarakat pemakainya dalam menggunakan lambang bunyi tersebut sesuai dengan konsep atau makna yang dilambangkannya.
f.        Bahasa itu unik
Setiap bahasa memiliki kekhasannya sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
Keunikan tersebut dapat terjadi pada:
1)      struktur luar bahasa; fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana
2)      struktur dalam bahasa; nada, tekanan, intonasi, jeda, dan makna
g.       Bahasa itu bervariasi
Variasi tersebut kemudian akan menimbulkan ragam bahasa. Variasi bahasa disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan, usia, tempat tinggal (letak geografis), status sosial, pekerjaan, keahlian, latar belakang budaya, dll.
h.       Bahasa itu produktif
Maksudnya dengan jumlah fonem, morfem, dan kata yang terbatas dapat dibuat atau diturunkan satuan-satuan baru yang tak terhitung jumlahnya.
i.    Bahasa itu alat komunikasi, alat kerja sama, dan identifikasi diri suatu kelompok sosial.
Dengan bahasa setiap individu dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan individu lain. Bahasa juga dapat menjadi ciri pembeda atau menjadi identitas kelompok sosial yang bersangkutan. 
j.    Bahasa itu bersifat universal
Setiap bahasa memiliki ciri-ciri umum yang ada pada setiap bahasa. Sifat keuniversalan bahasa itu: Setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bunyi ujaran yang bermakna (kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana). Setiap bahasa mempunyai vokal dan konsonan. Setiap bahasa merupakan alat komunikasi utama suatu kelompok sosial. Setiap bahasa berstruktur.
k.   Bahasa itu dinamis dan berkembang sesuai dengan perubahaan dan perkembangan masyarakat penuturnya.
3. FUNGSI BAHASA
Menurut Keraf (2001: 3-11) secara umum bahasa berfungsi sebagai:
  1. alat untuk berkomunikasi;
  2. alat untuk menyatakan ekspresi;
  3. alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial;
  4. alat untuk mengadakan kontrol sosial.
a.   Bahasa sebagai alat komunikasi
1)   Bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita mencapai kerja sama dengan orang lain.
2)  Dengan bahasa kita dapat mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan, dan mengarahkan masa depan kita.
3)  Bahasa memungkinkan manusia menganalisis masa lampau untuk memetik manfaat yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.
b. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, maksudnya bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Hal yang mendorong ekspresi diri adalah:
1)      Menarik perhatian orang lain terhadap kita.
2)     Keinginan membebaskan diri dari semua tekanan emosi.
3)     Keinginan untuk dihargai atau diakui keberadaannya.
c. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
1)   Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien dengan bahasa.
2)  Bahasa memungkinkan tiap orang untuk merasa terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya sehingga memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
3)   Bahasa memungkinkan seseorang secara perlahan-lahan mencoba menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan adat-istiadat, tingkah laku, dan tatakrama masyarakatnya. 
d. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan sontrol sosial, maksudnya dengan memiliki kemahiran berbahasa, maka setiap orang akan mampu:
1)   berpartisipasi secara penuh dalam membangun masyarakatnya (berpendapat, memberikan kritik yang membangun);
2)  menjadi penerus kebudayaan ke generasi berikutnya;
3)  mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (tanggap);
4)    menanamkan rasa keterlibatan/rasa memiliki (sense of belonging).
4. TUJUAN KEMAHIRAN BERBAHASA
Tujuan kemahiran berbahasa meliputi:
  1. melatih setiap individu untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara lisan maupun secara tertulis;
  2. mengembangkan potensi-potensi pribadi dalam menggunakan daya pikir secara efektif, menguasai struktur, menggunakan suara, artikulasi, intonasi, gerak-gerik sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan;
  3. mampu memengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang diinginkan;
  4. mampu menggunakan bahasa secara efektif, teratur, dan berstruktur;
  5. mampu mengenal kemampuan diri sendiri dalam menggunakan bahasa;
  6. mampu memahami orang lain;
  7. mampu mengamati dunia di sekitar kita secara lebih cermat;
  8. mampu mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur.
5. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
a.      Sebagai bahasa nasional (persatuan)
Landasan hukumnya adalah sumpah pemuda 28 Oktober 1928
      Fungsinya:
1)      Sebagai lambang kebanggan nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Akan muncul rasa bangga apabila menggunakan bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia tetap terus dipelihara dan dikembangkan.
2)      Sebagai lambang identitas nasional
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitas jika masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
3)      Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa yang berbeda latar belakang bahasa dan sosial budayanya
Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.
4)      Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya
Dengan adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan/berkomunikasi satu dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian ke seluruh pelosok negeri kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
b.      Sebagai bahasa Negara (bahasa resmi)
Landasan hukumnya adalah pasal 36 bab XIV, UUD 45.
Fungsinya:
1)      Sebagai bahasa resmi kenegaraan
Bahasa Indonesia dipakai dalam acara-acara kenegaraan seperti upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan (penulisan dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya serta pidato-pidato presiden).
2)      Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
            Secara formal, dalam dunia pendidikan wajib menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, baik dalam proses pembelajaran mapun dalam percakapan biasa, tapi masih dalam lingkungan pendidikan. Hal tersebut dilakukan karena dunia pendidikan merupakan tempat pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
3)      Sebagai alat untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan di
      tingkat daerah maupun tingkat nasional
            Pembangunan, baik di tingkat daerah maupun nasional, dilakukan dengan diawali pembuatan program-program (perencanaan), sehingga muncullah draf-draf pembangunan. Draf-draf ini dibuat dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena negara ini adalah negara Indonesia.
4)      Sebagai alat untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
      teknologi
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Demikian juga dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu dalam bidang kebudayaan, pendidikan, maupun teknologi. Dengan bahasa Indonesia, disampaikanlah hal-hal atau informasi tentang budaya, pendidikan, dan teknologi oleh orang-orang yang ahli dibidangnya kepada masyarakat secara umum maupun yang sedang belajar, sehingga informasi yang disampaikan berkembang keseluruh lapisan masyarakat.
6. RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
  1. Berdasarkan cara berkomunikasi
          1)      ragam lisan
        2)     ragam tulis
  1. Berdasarkan cara pandang penuturnya
1)      ragam dialek
2)     ragam terpelajar
3)     ragam resmi
4)    ragam takresmi
  1. Berdasarkan topik yang dibicarakan
1)      ragam hukum
2)     ragam bisnis
3)     ragam sastra
4)    ragam kedokteran, dll.
Keterangan: Perbedaan mendasar antara ragam lisan dan tulis
1.   Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak selalu memerlukan “lawan bicara” yang siap membaca apa yang dituliskan oleh seseorang.
2.  Ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan tidak selalu dinyatakan dengan kata-kata. Unsur-unsur tersebut sering dinyatakan dengan bantuan gerak tubuh dan mimik muka. Sedangkan ragam tulis, fungsi-fungsi gramatikal harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang membaca suatu tulisan dapat memahami maksud penulisannya.
3.  Ragam lisan sangat terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu; sedangkan ragam tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tuturan dalam ragam lisan baru dapat dimengerti oleh seseorang bila dia berada atau turut terlibat di dalam situasi, kondisi, ruang, dan waktu yang sama. Tidak demikian halnya dengan ragam tulis. Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain pada tempat, waktu, kondisi serta situasi yang berbeda-beda.
4.   Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi-rendah dan panjang-pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, dan huruf kecil, huruf tegak, dan huruf miring.
Sekadar mengingatkan bahwa antara ragam lisan dan ragam tulis terdapat perbedaan yang mendasar. Namun seyogianya kedua ragam tersebut harus dikuasai secara berimbang untuk  mau mendayagunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara maksimal.

Keunggulan dan kelemahan berkomunikasi secara lisan (ragam lisan) dan tertulis (tulisan)
cara berkomunikasi
keunggulannya
Kelemahannya
secara lisan
- berlangsung secara cepat
- dapat berlangsung tanpa alat Bantu
- kesalahan dapat langsung diperbaiki
- dibantu dengan gerak tubuh dan mimik   
     Muka
- tidak selalu mempunyai bukti otentik
- dasar hukumnya lemah
- sulit disajikan secara matang/bersih
- mudah dimanipulasi
secara tertulis
-. mempunyai bukti autentik
-  dasar hukumnya kuat
- dapat disajikan secara matang/bersih
   (berstruktur)
- lebih sulit dimanipulasi
- berlangsung lambat
- selalu menggunakan alat Bantu
- kesalahan tidak dapat langsung
  diperbaiki
- tidak dapat dibantu dengan gerak
   tubuh dan mimik


B. Karya Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah
            Ada di power point.
C. Topik, Tema, dan Kerangka Karangan
            Ada di power point.
D. Pengkodefikasian
            Pengkodefikisian adalah sistem penomoran dalam penulisan karya ilmiah. Sistem ini sudah baku dan tidak semaunya dalam penerpannya. Sistem pengkodefikasian ada dua, yaitu:
1. Gabungan Angka dan Huruf
2. Angka Arab
Contoh:
            Ada di buku paket.
E. Penulisan Daftar Pustaka
1. Literatur berasal dari buku, ketentuannya sebagai berikut:
a. Cara menulis nama pengarang
1) Nama pengarang terdiri dari dua kata
Cara penulisan nama pengarang yang terdiri dari dua kata, mengikuti aturan bahwa nama terakhir dibalik posisinya ke depan diikuti tanda koma dan spasi. Contoh: Andrianus Sipatokaan  menjadi Sipatokaan, Andrianus.
2) Nama pengarang terdiri dari lebih dua kata
Cara penulisan nama pengarang yang terdiri dari lebih dua kata, mengikuti aturan bahwa nama terakhir ditulis di awal dan kata berikutnya menyesuaikan tanpa dibalik, kemudian diikuti tanda koma dan spasi. Contoh: Andrean Sayuti Melik menjadi Melik, Andrean Sayuti, ; Andrean Sayuti Melik Persada menjadi Persada, Andrean Sayuti Melik.
Catatan: nama gelar dan marga tidak ditulis dalam daftar pustaka
3) Ada dua pengarang dalam satu buku
Buku yang ditulis oleh dua pengarang memenuhi ketentuan; nama pengarang yang pertama ditulis sesuai kaidah pada nomor a dan b (jika nama pengarangnya lebih dari satu kata), sedangkan pengarang yang kedua posisi kata namanya ditulis biasa tanpa diubah. Contoh: Joko Madono dan Pakari Pakare menjadi Madono, Joko dan Pakari Pakare.
4) Ada lebih dari dua pengarang
Buku yang ditulis oleh lebih dari dua pengarang, memenuhi ketentuan nama pertama ditulis dengan ketentuan  sesuai dengan kaidah pada nomor a dan b, diikuti tanda koma, kemudian ditulis singkatan dkk. Contoh: Andrean Sayuti, Viktor Kala, Demonisasi Repo, Dayang Dumila  menjadi Sayuti, Andrean, dkk.
Catatan: Jika pengarang sebuah lembaga atau badan, maka lembaga tersebut yang menjadi pengarang dalam posisi daftar pustaka. Jika ada dua buku dengan pengarang yang sama, maka pada baris kedua, nama tetap ditulis.
b. Tahun buku
            Tahun buku ditulis setelah nama pengarang. Ketentuannya, jika ada dua buku dengan pengarang yang sama, maka buku ditulis urut dengan tahun buku yang terbit pertama kali yang berada di posisi awal. Jika ada dua buku atau lebih dengan pengarang yang sama dan tahun yang sama, maka buku ditulis urut dengan penambahan a, b, dan seterusnya pada tahun buku. Jika buku tidak ada tahun terbitnya, maka ditulis ’tt’ yang artinya ’tanpa tahun’.
c. Judul buku
            Judul buku ditulis setelah tahun buku. Penulisan judul buku pada daftar pustaka harus lengkap sesuai dengan yang tertera pada buku. Judul buku ditulis dengan huruf miring atau digarisbawahi.
d. Tempat terbit
            Tempat terbit ditulis setelah judul buku dan diakhiri dengan tanda titik dua (:).
e. Penerbit
            Penerbit ditulis setelah tempat terbit dan diakhiri tanda titik.
Secara umum, urutan daftar pustaka memenuhi ketentuan sebagai berikut: Pengarang buku. Tahun buku. Judul buku. Tempat terbit buku: Penerbit buku.
Catatan: Jika daftar pustaka lebih dari satu baris maka baris kedua dan seterusnya ditulis menjorok ke kiri buku, makalah, atau skripsi dengan ketukan minimal lima ketukan dan maksimal tujuh ketukan. Jarak antara baris yang satu dengan yang lainnya satu spasi, sedangkan antar daftar pustaka dalam baris dua spasi. Jika buku terdiri dari beberapa edisi dan edisi tersebut tidak ditulis dalam judul buku, maka setelah pengarang ditulis Ed. dalam kurung setelah nama pengarang dengan spasi. Contoh: Edison (Ed.).
2. Literatur berasal dari surat kabar atau majalah
            Daftar pustaka yang diambil dari surat kabar atau majalah memenuhi ketentuan sebagai berikut: Nama pengarang. Edisi. Judul. Nama Surat Kabar atau Majalah. Jika pengarang berperan sebagai editor, maka setelah nama pengarang ditulus edt dalam kurung dengan spasi. Contoh: Edison (edt.).
3. Literatur berasal dari internet
            Jika literatur berasal dari internet maka yang ditampilkan adalah situs internet tersebut secara lengkap. nama pengarang, tahun buku, judul buku, nama penerbit nama website, diakses pada tanggal, bulan  dan tahun.
Catatan: daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet.
Berikut ini beberapa contoh penulisan daftar pustaka!
Akhadiah, Sabarti, dkk.1997a. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Akhadiah, Sabarti, dkk.1997b. Menulis 1. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hernowo (Ed.). 2003. Quantum Reading. Bandung: MLC.

Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: CV Alfabet.

Ibrahim, R. dan Karyadi Benny. 1994. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada     University Pree.

Nata Margareta. 15 Agustus 2009. Sudahkah Kita Merdeka? Pontianak Post.

Rumadi, A. (edt.). 1987. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Gramedia.

www. pendidikanberkualitas.com

F. Kutipan
Tulisan ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pada waktu menulis karya ilmiah, kita sering mengutip pendapat dari beberapa ahli, baik dari buku-buku referensi, majalah, maupun surat kabar. Hal tersebut perlu dilakukan karena kutipan berfungsi sebagai:
1.      landasan teori yang mendukung permasalahan yang ditulis dalam sebuah karya ilmiah;
2.      penjelaskan permasalahan yang diungkapkan dalam sebuah karya ilmiah; dan
3.      landasan untuk memperkuat pendapat yang dikemukakan dalam sebuah karya ilmiah.
Menurut jenisnya, kutipan dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
1.      Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Berikut ini macam-macam kutipan langsung.
a.      Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Kutipan ini cara penulisannya sebagai berikut.
1)      Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
2)      Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
3)      Kutipan itu diapit dengan tanda kutip.
4)      Sesudah kutipan selesai, diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkatan pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu.
Contoh:
....
Guru tidak dapat memperhatikan muridnya seorang demi seorang. Dalam seminar ”the teaching of modern languages” oleh sekretariat UNESCO di Nawara Gliya, Sailon, pada Agustus 1953 dikatakan: ”because of the very special, nature of language, teaching us well or general educational grounds, it is vital the classes should be small” (hal. 56). Untuk waktu yang …
Kalimat because of … merupakan contoh kutipan yang tidak lebih dari empat baris ketikan. Oleh karena itu, kutipan itu harus diintegrasikan dengan teks, serta spasi antar baris adalah spasi rangkap. Sebagai general bahwa itu merupakan kutipan, bagian ini ditempatkan diantara tanda kutip.
b.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Kutipana ini cara penulisannya sebagai berikut.
1)   Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2 spasi.
2)   Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi.
3)   Kutipan bisa diapit tanda kutip atau tanpa diapit tanda kutip.
4)   Sesudah kutipan selesai, diberi nomor urut penunjuk setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
5)   Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan  lagi 5-7 ketikan.
Contoh:
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan (message) dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru. Sedangkan sebagai penerima informasi adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa (Soeparno, 1988: 1).

2.      Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung merupakan pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari dari pendapat tersebut. Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung sebagai berikut.
a.       Kutipan itu diintegrasikan dengan teks.
b.      Jarak antar baris dua spasi.
c.       Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
d.      Sesudah kutipan selesai, dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh:
....
            Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara polisemi dan homonimi. Polisemi dan homonimi merupakan dua hal yang berbeda. Bila kita berbicara masalah polisemi berarti kita berbicara mengenai satu bentuk kata mempunyai beberapa makna, sedangkah bila kita berbicara masalah homonimi berarti kita berbicara mengenai dua kata atau lebih yang maknanya tidak sama, tetapi memiliki bentuk yang sama (Abdul Chaer, 1995: 93-104).
Catatan: posisi nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman, bisa di awal kutipan atau setelah selesai kutipan. Hal tersebut berlaku untuk kutipan langsung dan tidak langsung.
Contoh 1:
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan (message) dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru. Sedangkan sebagai penerima informasi adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa (Soeparno, 1988: 1).

Contoh 2:
Soeparno (1988:1) mendefinisikan media sebagai suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan (message) dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru. Sedangkan sebagai penerima informasi adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.

G. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
1. Hakikat Ejaan Bahasa Indonesia yang  Disempurnakan
  1. Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahannya, penggabungannya, dan penulisannya dalam suatu bahasa.
  2. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
  3. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis, karena keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Berdasarkan sejarahnya, di Indonesia telah digunakan tiga ejaan, yaitu:
  1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
  2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1972)
  3. Ejaan Yang Disempurnakan (1972-sekarang)
Ejaan Van Ophuijsen
(1901-1947)
Ejaan Soewandi
(1947-1972)
Ejaan Yang Disempurnakan
(1972-sekarang)
perubahan
Choesoes
chusus
khusus
ch = kh
Djoem’at
Djum’at
Jumat
Dj = J
ja’ni
jakni
yakni
‘ = k
Pajoeng
pajung
payung
oe = u, j = y
Tjoetji
tjutji
cuci
tj = c
Soenji
sunji
sunyi
nj = ny
Djalan
djalan
jalan
dj = j
Njanji
njanji
nyanyi
nj = ny


2. Ruang lingkup EyD:
a.   Pemakaian huruf (9-14)
huruf abjad (9)
huruf vokal (9-10)
huruf konsonan (10-11)
huruf diftong (11)
gabungan huruf konsonan (11-12)
pemenggalan kata (12-14;98-106)
b.  Penulisan huruf kapital dan huruf miring (14-20)
1)      penulisan huruf kapital atau huruf besar (14-19)
2)      penulisan huruf miring (19-20)
c. Penulisan kata (20-31)
kata dasar (20)                                                    f.  kata depan di, ke, dan dari (23-24)
kata turunan (20-22)                                            g. kata si dan sang (24)
bentuk ulang (22)                                                 h. partikel (24-25)
gabungan kata (22-23)                                        i.  singkatan dan akronim (25-28)
kata ganti -ku, kau-, -mu, -nya (23)                     j.  angka dan lambang bilangan (28-31)
d. Penulisan Unsur Serapan (31-40;77-98)
Ada tiga jenis unsur serapan, yaitu:
1) adaptasi
Unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, sehingga dalam eajaan masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Contoh:
Apotheek           apotek
university          universitas
system               system
2) adopsi
Unsur serapan yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang pengucapan dan penulisannya tetap mengikuti cara aslinya (karena sifat keuniversalannya)
Contoh:
reshuffle
shuttle cock
status quo
stockholder
3) terjemahan
menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia
Contoh:
up to date (mutakhir)      briefing (taklimat/pengarahan)  dealer (penyalur)
bilateral (dwipihak)        data base (dasar data)            baby sitter (pramusiwi)
      4) Pemakaian tanda baca (41-54)
      tanda titik (41-43)                                                     tanda seru (51)                        
      tanda koma (43-46)                                                  tanda kurung (52)                                
      tanda titik koma (46)                                                 tanda kurung siku (52)             
      tanda titik dua (46-47)                                               tanda petik (53)           
      tanda hubung (47-50)                                                tanda petik tunggal (54)
      tanda pisah (50)                                                         tanda garis miring (54)
      tanda elipsis (51)                                                       tanda penyingkatan/apostrof (54)
      tanda tanya (51)
3. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (55-98)
Ruang lingkupnya:
  1. Beberapa konsep dasar (55-57)          
Definisi istilah (55)                                            Kata berimbuhan peristilahan (56)
Tata istilah dan tata nama (55)                           Kata ulang peristilahan (57)
Istilah khusus dan istilah umum (55)                   Gabungan kata peristilahan (57)
Kata dasar peristilahan (55-56)                         Perangkat kata peristilahan (57)
Imbuhan peristilahan (56)
  1. Sumber Istilah (58-62)
Kosakata bahasa Indonesia (58)
Kosakata bahasa serumpun (58-59)
Kosakata bahasa asing 959-60)
1)      penerjemahan istilah asing                         4)  macam dan sumber bentuk serapan
2)      penyerapan istilah asing                            5)  istilah asing yang bersifat internasional
3)      penerjemahan dan penyerapan sekaligus   6)  bagan prosedur pembentukan istilah
c.       Aspek Tata Bahasa dalam peristilahan (63-66)
   Penggunaan kata dasar (63)
   Proses pengimbuhan (63)
      Proses pengulangan (64)
      Proses penggabungan (65-66)
d.      Aspek Semantik Peristilahan (66-70)
Perangkat istilah yang bersistem (66-67)                Hiponim dan kehiponiman (69)
Sinonim dan kesinoniman (67-68)                          Kepolisemian (70)
Homonim dan kehomoniman (68-69)
e.   Istilah Singkatan dan Lambang (70-75)
Istilah singkatan (70)                                                dan fraksi satuan dasar (73)
Huruf lambang (71-72)                                             Sistem bilangan besar (73)
Gambar lambang (71-72)                                          Tanda desimal
f.    Ejaan dalam Peristilahan (75-98)
Ejaan fonemik (75)
Ejaan Etimologi (75)
Transliterasi (75)
Ejaan nama diri (76)
Penyesuaian ejaan (76-68)
Penyesuaian imbuhan asing (86-98)
1)      Penyesuaian akhiran (86-93)
2)      Penyesuaian awalan (93-98)
  1. Imbuhan Bahasa Indonesia (107-110)              
  2. Bentuk Terikat Bahasa Asing (111-112)
H. Makna Bahasa dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Jenis-jenis makna, yaitu:
1.   Makna leksikal atau makna denotasi
Makna leksikal atau makna denotasi adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan dengan makna yang lain dalam sebuah struktur. Makna leksikal adalah makna kata seperti yang tertera di dalam kamus. Makna leksikal disebut juga makna lugas, yaitu makna kata seperti apa adanya. Umumnya digunakan dalam karya ilmiah, surat-surat resmi, laporan, surat-surat dagang, dsb.
2.   Makna gramatikal atau makna konotasi
Makna gramatikal atau makna konotasi adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal. Makna gramatikal disebut juga makna struktural karena makna yang timbul akan bergantung pada struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi di mana kata itu berada. Makna gramtikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser dari makna leksikal kata itu, contoh: Setelah insyaf ia tidak mau mengingat masa lalunya yang hitam. Kata hitam bermakna penuh kegetiran. Makna gramatikal umumnya digunakan sebagai pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis. Beberapa hal yang perlu dipahami berkaitan dengan makna, yaitu:
a.      Sinonim
Sinonim adalah kata atau kelompok kata yang sama atau hampir bersamaan maknanya.
Ada empat jenis sinonim, yaitu:
1)      sinonim antarmorfem, contoh: pemirsa = pirsawan, kestabilan = stabilitas
2)      sinonim antarkata, contoh: nasib = takdir, memuaskan = menyenangkan
3)      sinonim antarfrasa, contoh: dua tangakai bunga = bunga dua tangkai
4)      sinonim antarkalimat, contoh: Saya melihatnya = Dia kulihat.
b.      Antonim
Kata atau kelompok kata yang berlawanan maknanya. Contoh: siang x malam, gelap x terang, pagi x petang, dsb.
c.       Homonim
Dua kata yang mempunyai bentuk dan cara pengucapan yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Contoh: mengukur (dari kata kukur) dan mengukur (dari kata ukur); kali (sungai) dan kali (perkalian); babat (dihabisi) dan babat (usus); bisa (dapat) dan bisa (racun).
d.      Homograf
Dua kata mempunyai bentuk yang sama tetapi cara pengucapan dan maknanya berbeda. Contoh: apel (nama buah) dan apel (upacara); tahu (mengerti) dan tahu (jenis makanan)
e.      Homofon
Dua kata yang diucapkan dengan cara yang sama namun bentuk dan maknanya berbeda. Contoh: sangsi (ragu-ragu) dan sanksi (hukuman/denda), bang (abang) dan bank (tempat menyimpan/meminjam uang)
f.        Hiponim
Jika makna sebuah kata merupakan bagian makna kata yang lain. Contoh: warna (hipernim/kelas atas/superordinat) dan merah (hiponim/kelas bawah/subordinat). Beberapa bentuk perubahan makna kata yang disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru:
1)      Makna Meluas
Jika cakupan makna sekarang lebih luas daripada makna yang lama, contoh: kata putra-putri dulu hanya digunakan untuk anak-anak raja, namun sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
2)      Makna Menyempit
Jika cakupan makna dulu lebih luas daripada makna sekarang, contoh: kata sarjana dulu digunakan untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk sebutan gelar akademis.
3)      Amelioratif
Perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau baik maknanya daripada makna lama, contoh: kata isteri dan nyonya dirasakan lebih baik maknanya daripada kata bini.
4)      Peyoratif
Perubahan makna kata yang mengakibatkan makna baru dirasa lebih rendah nilainya daripada makna lama, contoh: kata oknum dan gerombolan yang dinggap baik pada masa lampau, sekarang maknanya menjadi tidak baik.
5)      Sinestesia
Perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh Kata-katanya manis. Kata manis sebenarnya berkaitan dengan indera perasa, tapi dalam kalimat tersebut berkaitan dengan indera pendengaran.
6)      Asosiasi
Perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat, contoh: Berilah ia amplop agar urusanmu lancar. Kata amplop diasosiakan sebagai sogokan karena fungsi amplop biasanya untuk membungkus kertas atau membungkus uang.
I. Pengklasifikasian Kata
1.      Kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata/istilah yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus adalah kata/istilah yang sempit/terbatas ruang lingkup.
Contoh:
Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, membelalak, mengintip, mengintai. menatap. menonton, dsb.
2.      Kata popular dan kata kajian
Kata populer adalah kata-kata yang sudah dikenal luas oleh seluruh lapisan masyarakat dan digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian adalah kata-kata yang digunakan para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah atau pertemuan-pertemuan ilmiah.
Contoh;
Kata populer: isi, batas, suhu, penilaian, anggaran, contoh, pembaharuan, tanda, dsb.
Kata kajian: volume, limit, temperatur, evaluasi, budget, sampel, inovasi, indikasi, dsb.
3.      Kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh pancaindera (dilahat, diraba, dirasakan,didengar, atau dicium).
Contoh:
Kata abstrak: kemakmuran, demokrasi, kaya
Kata konkret: rumah, sandang, pangan, berunding, bermusyawarah, banyak uang
4.  Kata baku dan kata tak baku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah bahasa yang telah ditetapkan, sedangkan kata tak baku adalah kata yang tidak mengikuti kaidah bahasa yang telah ditetapkan.
Contoh:
Kata baku: metode, Senin, Februari, persen, kuitansi, analisis, tradisional, izin.
Kata tak baku: metoda, Senen, Pebruari, porsen, kwitansi, analisa, tradisionil, ijin.
J. PARAGRAF
1. Pengertian Paragraf
            Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis,  mengandung satu ide pokok dan beberapa ide penjelas.
2. Fungsi Paragraf
a. sebagai penanda dimulainya pikiran baru.
b. sebagai pembuka, transisi, dan penutup karangan
c. sebagai penampung sebagian kecil gagasan pokok keseluruhan karangan
d. sebagai alat bagi pengarang untuk  mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis
e. sebagai alat bagi pengarang untuk menyampaikan pokok pikirannya kepada pembaca
f.  memudahkan pemahaman jalan pikiran pengarang
g. sebagai pedoman bagi pembaca untuk memahami jalan pikiran pengarang
3. Unsur-unsur Paragraf
a. transisi (kata dan kalimat)
b. kalimat topik
c. kalimat pengembang
d. kalimat penegas
4. Syarat-syarat Paragraf
a.kesatuan (Kohesi)
b.kepaduan (Koherensi)
c.kelengkapan
5. Kriteria Paragraf
a. panjang paragraf
b. kualitas paragraf
1) isi paragraf hanya berpusat pada satu hal
2) isi paragraf harus relevan dengan isi karangan
3) paragraf harus padu dan memiliki kesatuan
4) Kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas
5) struktur paragraf harus bervariasi disesuaikan dengan latar belakang pembaca
6) paragraf ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
6. Jenis-jenis Paragraf
    a. Berdasarkan letak kalimat topiknya
1) paragraf deduktif
2) paragraf induktif
3) paragraf campuran
4) paragraf deskriptif
    b. Berdasarkan fungsinya
1) paragraf pembuka
2) paragraf penghubung
3) paragraf penutup
    c. berdasarkan sifat isinya
1) paragraf persuasif
2) paragraf argumentatif
3) paragraf deskriptif
4) paragraf ekspositoris
5) paragraf naratif
a) naratif ekspositoris
b) naratif artistik
7. Pengembangan Paragraf
a. metode contoh
b. metode sebab-akibat
c. metode proses
d. metode umum-khusus
e. metode klasifikasi
f.  metode definisi
Contoh paragraf untuk memperjelas penjelasan syarat-syarat paragraf
(1)   Dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, keharusan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah mutlak. (2) Semua agama tentu menghargai manusia. (3) Oleh Karena itu, semua umat beragama juga wajib saling menghargai. (4) Hal itu juga mengandung arti kewajiban antar umat beragama untuk saling menghormati agama dan kepercayaan yang dianut. (5) Dengan itu, antara umat beragama akan terbina kerukunan hidup yang kokoh guna menangani pembangunan masyarakat.
Contoh paragraf untuk memperjelas unsur-unsur paragraf
(1)   Di mana-mana,  (2) anggota masyarakat membicarakan kenaikan harga barang. (3) Ibu-Ibu menggerutu tentang belanja dapur yang semakin meningkat. (4) Pengusaha bus sibuk menghitung harga penyesuaian tarif. (5) Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya. (6) Para pegawai kecil asyik membicarakan harga bahan pokok. (7) Pendek kata, semua orang membicarakan kenaikan harga barang akibat kenaikan harga bahan bakar minyak.
(2)   (1) Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2) Penghasilan mereka sudah beberapa kali dinaikkan. (3) Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur ditambah dengan bantuan BTN. (4) Jaminan kesehatan sudah dilaksanakan melalui Askes. (5) Pegawai yang bekerja dengan baik akan diberi penghargaan. (6) Banyak usaha pemerintah yang mengarah pada perbaikan nasib pegawai negeri.

Contoh Paragraf Metode Definisi
            Istilah organisasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata kerja bahasa Latin organizare yang berarti ‘membentuk sebagian atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagia-bagian yang satu unsure lainnya saling bergantungan atau terkoordinasi’. Jadi, secara harfiah organisasi itu berarti ‘paduan dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantungan’. Di anatara para ahli ada yang menyebut paduan itu system, ada juga yang menamakannya sarana.
Paragraf  Metode Proses
            Proses pembuatan kue donat sebagai berikut. Mula-mula dibuat adonan terigu dicampur dengan telur dan gula. Kemudian, adonan dicetak dalam bentuk gelang-gelang. Setelah itu, “gelang-gelang” tadi digoreng smpai berwarna kecoklatan. Lalu, gorengan itu diolesi mentega, diberi butiran coklat warna-warni. Kini kue donat siap disantap.
Metode Contoh
Ini seperti acara pesta kesenian sekolah di Indonesia. Lagu-lagu diperdengarkan, mulai dari “Bintang Kecil” hingga “Indonesia Raya”. Alat musik tradisional semacam angklung dan gong pun terdengar.Busana yang dikenakan juga busana dari Sabang sampai Merauke; ada yang mengenakan pakaian adapt Bali, Minang, atau pun Jawa.
Metode Umum-Khusus
            Ilmu dikembangkan oleh manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupannya yang disebut kebenaran ilmiah.  Kebenaran itu dapat berupa asas-asas yang berlaku umum mengenai pokok soal yang bersangkutan. Dengan memiliki pengetahuan yang bersifat ilmiah dan mencapai kebenaran ilmiah, manusia dapat menerangkan secara tepat….
Metode Klasifikasi
            Sebanyak lima dari sepuluh kota termahal di dunia berada di Asia, dengan Tokyo dan Osaka tercatat sebagai kota termahal di dunia. Kedua kota besar di Jepang itu ternyata 20% lebih mahal dibandingkan tempat ketiga yang diduduki Hongkong bersama Singapura dan Taipe yang juga tercatat dalam kota termahal di dunia.
Metode Sebab-Akibat
            Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan, Selasa, sekitar pukul 05.30 WIB terjadi di jalur Jakarta-Cirebon. Dalam peristiwa itu, mobil tangki nomor polisi B 9337 JV yang dikendalikan oleh Amir terguling, kemudian terbakar sehingga menyebabkan satu awak, Andi (22) tewas di tempat dengan luka bakar. Menurut saksi mata, truk tangki dari arah Jakarta melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba oleng sehingga menyerunduk dua kendaraan lain yang berjalan berlawanan. Api diperkirakan timbul akibat gesekan antara badan mobil dan bahu jalan. Akibat kecelakaan ini, lalu lintas Jakarta-Cirebon macet selama beberapa jam.
Contoh paragraf deduktif
            Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikira  dan ada yang berupa wujud tingkah laku. adapun contoh hasil kebudayaan fisik di antaranya patung, lukisan, rumah, bangunan, mobil, dan jembatan. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah aliran filsafat, pengetahuan, temuan ilmiah, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap dan kebiasaan, adat istiadat, sendratari, drama, bertani, bahkan berkelahi.
Contoh paragraf induktif
            Yang dimaksud kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikira  dan ada yang berupa wujud tingkah laku. adapun contoh hasil kebudayaan fisik di antaranya patung, lukisan, rumah, bangunan, mobil, dan jembatan. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah aliran filsafat, pengetahuan, temuan ilmiah, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku di antaranya adalah sikap dan kebiasaan, adat istiadat, sendratari, drama, bertani, bahkan berkelahi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan nonfisik.
Contoh paragraf  campuran
            Pemerintah meyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari butua-batuan gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula, abahn perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat, dan kuat untuk memenuhi keperluan rakyat.
Contoh paragraf deskriptif
            Pagi hari itu aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku.
Contoh karangan dengan paragraf pembuka, pengembang, dan penutup
            Secara umum dapat dikatakan bahwa surat adalah alat untuk menyampaikan informasi secara tertulis. Batasan itu mengandung pengertian yang sangat luas karena banyak sekali maksud yang dapat dituangkan secara tertulis. Misalnya karangan berbentuk artikel, makalah, skripsi, dan buku. Oleh sebab itu, batasan tersebut perlu dipertegas lagi dengan penekanan bahwa maksud yang disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan, penolakan, dan sebagainya.
            Walaupun demikian, batasan di tersebut masih belum mencakup misi atau pesan yang diemban oleh surat secara keseluruhan. Dalam pengertian sehari-hari, surat umumnya hanya dikenal sebagai alat untuk menyampaikan berita secara tertulis. Pengertian tersebut adalah pengertian sempit akibat anggapan bahwea surat hanya merupakan alat untuk mengirim kabar atau berita, padahal surat mengandung aspek yang lebih luas meliputi informasi tertulis berupa rekaman kegiatan secara tertulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu.
            Yang dimaksud dengan informasi tertulis dalam hal ini adalah informasi berupa kabar atau berita seperti surat berita yang sudah umum dikenal, misalnya penawaran, pesanan, dan permohonan; sedangkan informasi berupa rekaman berita secara tertulis, misalnya surat tanda bukti, kartu identitas, dan kontrak.
            Berdasarkan uraian terserbut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya surat adalah informasi tertulis yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu yang khusus berlaku untuk surat-menyurat.
Contoh paragraf persuasif
            WAP (Wireless Aplication Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari layar ponsel Anda layaknya kses internet. Dengan Ericson R320S satu di antara ponsel pertama yang dilengkapi WAP, Anda dengan cepat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor di kantong Anda.
Contoh paragraf argumentatif
            Saya akan mengoreksi pernyataan Sdr. Yusna yang mengatakan bahwa "Jika seseorang berjalan dari titik terus-menerus menuju angka yang lebih besar ke kanan akan sampai pada bilangan yang tidak terhingga. Tetapi mungkin juga orang itu sampai pada titk nol (0) kembali. Bukankah dunia ini bulat?" Pertama akan saya sampaikan adalah garis bilangan itu datar. Jika kita berjalan ke arah kanan (sumbu positif), maka perjalan kita tidak akan berakhir sampai kita mati. Kita tidak akan pernah mencapai bilangan tak terhingga karena bilangan tak terhingga itu tidak ada. Ketakhinggaan itu adalah sifat, bukan bilangan. Kedua, kita tidak akan pernah kembali ke titik nol sebab jika kita berjalan di garis bilangan, maka kita berjalan di ruang Euklid yang menggunakan geometri eliptik. Satu hal lagi, telah menjadi kesepakatan bahwa sumbu koordinat berapa pun dimensi ruang yang dibicarakan adalah terletak di bidang datar.
Contoh paragraf naratif
            Sesuai dengan satu urusan di Gedung Balai Pengkajian dan Perencanaan Teknologi yang menjulang megah di Jalan Thamrin, aku terus menjelajahi toko-toko di daerah Pasar Pagi. Maksudku mencari mainan robot besa made in Jepang yang bisa diubah-pasang menjadi berbagai bentuk untuk putraku yang terkecil, Andri. Hari sudah lewat tengah hari dan panas. Jakarta kota yang amat terik tidak mengendorkan semangatku untuk berputar kayuh mendapatkan mainan itu.
Contoh paragraf deskriptif
            Kuda nil adalah binatang air yang besar dengan kaki menjejak tanah. Binatang ini hidup di Afrika. Kecualai gajah, kuda nil adalah binatang terberat yang menjejak tanah. Seekor kuda nil yang besar, ukuran badanya dapat menyamai tiga mobil sedan. Tentu kita tidak ingin kuda nil menginjak jari kita, bukan?
Contoh paragraf ekspositoris
            Menyambut HUT ke-481 Jakarta, Minggu (24/6), akan diselenggarakan karnaval Jakarta 2008. Karnaval ini akan menampilkan berbagai kreativitas antara lain delman hias, mobil hias, mobil kuno, motor besar, barisan kuda, dan pawa bunga. Selain itu, karnaval dimeriahkan dengan atraksi kesenian berupa drum band, ondel-ondel, musik tanjidor, rebana, barongsai, kuda lumping, dan sisingaan. Peserta karnaval di bagi dua: kelompok jalan kaki dan kendaraan. Karnaval akan start dari Silang Monas menuju M.H. Thamrin dan finish di Jalan Merdeka.

K. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu yang dianggap tepat dan cocok untuk digunakan dalam berkomunikasi. Tepat maksudnya berkaitan dengan makna kata tersebut, sedangkan cocok berhubungan dengan situasi dan konteks kebahasaan yang dimasuki. Agar dapat memilih kata yang tepat dan cocok diperlukan kemahiran dalam memilih kata. Selain itu, yang bersangkutan harus menguasai kosakata yang cukup luas, mampu membedakan nuansa makna yang terkandung dalam setiap kosakata, dan mampu menyesuaikan pilihan kosakatanya dengan situasi kebahasaan yang dihadapi.
Menurut Keraf (1994:88) ada enam syarat yang harus dipenuhi seseorang jika akan memilih kata yang tepat dan cocok, yaitu:
Dapat membedakan kata yang bermakna denotasi dan bermakna konotasi.
Contoh:
a.       Bunga edelwise tumbuh di dataran yang tinggi.
b.      Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit.
Dapat membedakan nuansa makna dari kata-kata yang bersinonim.
Contoh:
      a. Korban tabrak lari itu tewas seketika.
      b. Ia gugur di medan juang.
Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam penulisannya.
Contoh: intensif-insentif; preposisi-proposisi; interferensi-inferensi; korporasi-koperasi;
Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
Contoh: kebijakan, kebijaksanaan, kebajikan, dll.
Dapat memilih kata-kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh:  antara … dan … ; tidak … tetapi … ;
baik … maupun … ; bukan … melainkan …
Dapat membedakan antara kata-kata umum dan kata-kata khusus.
Contoh:
a.       Ia melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri.
b.      Pencuri sudah mengintai rumah itu sejak tiga minggu yang lalu.
 L. Idiom dan Ungkapan Idiom
Idiom adalah kelompok kata yang membentuk suatu pengertian baru, sehingga makna kelompok kata tersebut tidak dapat secara langsung dijabarkan dari makna unsur-unsur pembentuknya. Contoh: gulung tikar, adu domba, muka tembok, besar kepala, makan hati, dll.
Letak kata/unsur pembentuk idiom tersebut tidak dapat dipertukarkan karena jika diubah letaknya akan mengubah maknanya.
Ungkapan idiomatik adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa, bukan termasuk idiom, namun berperilaku seperti idiom.
Kata-kata berpasangan yang dimaksud adalah:
berawal dari                                          disebabkan oleh
berdasarkan pada                                  sehubungan dengan
bergantung pada                                   sejalan dengan
berjumpa dengan                                  sesuai dengan
berkenaan dengan                                terbuat dari
bertalian dengan                                   terdiri atas, terdiri dari
diperuntukkan bagi
Contoh:
1.      Kemelut ini disebabkan oleh kelalaian kita.
2.      Dana BLT itu diperuntukkan bagi rakyat kecil.
3.      Sesuai dengan keputusan rapat, Anda diberhentikan dari pekerjaan Anda.
4.      Rombongan itu terdiri atas enam laki-laki dan enam perempuan.
5.      Keputusannya bergantung pada kebijakan pimpinan.
Kesalahan Pemakaian Bentuk Gabung dan
                 Bentuk Tunggal
1.      Pemakaian Bentuk Gabung di mana, yang mana, dan daripada
Bentuk gabung di mana, yang mana, dan daripada adalah bentuk gabung yang tingkat kesalahan pemakaiannya cukup tinggi di masyarakat.
Contoh pemakaian yang salah:
Marilah kita dengarkan kata sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak Lurah.
Kita perlu mensyukuri nikmat di mana kita telah diberi rezeki oleh tuhan.
Peliharalah kebersihan daripada lingkungan kita.
Sesuai fungsinya, pemakaian kata di mana, yang mana, dan daripada yang tepat adalah sebagai berikut:
Di mana digunakan sebagai kata tanya untuk menanyakan tempat.
Contoh:
1)      Di mana Anda tinggal?
2)      Di mana buku itu kamu sembunyikan?
b. Yang mana digunakan dalam kalimat tanya yang mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaan retoris.
Contoh:
1)      Komputer yang mana yang akan kita jual?
2)      Karena kembar, sulit membedakan yang mana Dina dan yang mana Dini.
c.       Daripada digunakan untuk menyatakan perbandingan atau pengontrasan sesuatu terhadap yang lainnya.
Contoh:
1)      Biaya rental internet lebih mahal daripada rental computer.
2)      Daripada kuliah di Jakarta lebih baik kuliah di Yogyakarta.
2.      Pemakaian  Kata dengan
Kata dengan adalah kata tugas yang berfungsi untuk menyatakan hal-hal berikut:
  1. Adanya alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu, contoh:
            1)  Saya mengetik dengan komputer.
2) Polisi menghalau demonstran dengan gas air mata.
  1. Adanya beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa yang sama, contoh:
1)      Peneliti itu sedang bercakap-cakap dengan respondennya.
2)      Secara kebetulan saya bertemu dengan sahabat lamaku di pesta itu.
  1. Adanya sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain, contoh:
1)      Ujian akhir semester ganjil berlangsung dengan tertib.
2)      Bersama dengan surat ini, saya lampirkan CV saya.
Selain itu, kata dengan juga digunakan untuk membentuk kata berpasangan,
misalnya: berbeda    dengan, bertepatan dengan, bersamaan dengan, dll.
3.      Pemakaian ke dan kepada
Kata depan ke harus diikuti oleh tempat arah, dan waktu, sedangkan kata kepada diikuti nama orang atau sapaannya. Contoh:
  1. Hari ini saya tidak ke kampus.
  2. Jangan menoleh ke kiri!
  3. Masyarakat agraris umumnya berorientasi ke masa lampau.
  4. Permohonan cuti diajukan kepada direktur.
  5. Makalah itu harus segera diserahkan kepada dosen.
M. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar/pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.
Untuk mencapai keefektifan tersebut, kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut ini:
1.      Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, boleh menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur/penulis tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Contoh:
a.       Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
b.      Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan memberikan pengarahan kepada pegawai baru.
c.       Pelaksanaan pembangunan sangat berkaitan dengan politik.
2.      Kepaduan (Koherensi)
Koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, dan tanda baca.
Contoh:
  1. Setiap pengendara mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
  2. Rumah saya baru saja diperbaiki.
  3. Para petani mendapat penjelasan tentang kelangkaan pupuk.
3.      Keparalelan
Kesejajaran/keparalelan adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, unsur pertama menggunakan verba, maka unsur kedua dan seterusnya juga harus menggunakan verba. Jika menggunakan nomina, maka unsur berikutnya juga menggunakan nomina, demikian seterusnya.
Contoh:
a.   Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.
b.   Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meninggikan frekuensi iklan, dan menggencarkan pemasaran.
c.   Ayahmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
4.      Penekanan
Penekanan adalah suatu perlakuan khusus dengan menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
Ada empat cara yang dapat dilakukan, yaitu:
  1. meletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat, contoh: Pada pertengahan Desember kita melaksanakan ujian akhir semester.
  2. melakukan pengulangan kata (repetisi), contoh: Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, tidak suka dibodohi, tidak suka dikhianati.
  3. melakukan pengontrasan kata kunci, contoh: Penduduk desa tidak menghendaki bantuan yang bersifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
  4. menggunakan partikel/penegas, contoh: Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan persoalan ini.
5.      Kehematan
Kehematan adalah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menjelaskan arti kalimat. Hemat berarti “ekonomis”, tidak memakai kata-kata yang mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak.
Contoh:
  1. Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dilakukan perundingan tentang perparkiran.
  2. Agar Anda memperoleh nilai ujian yang memuaskan, belajarlah dengan rajin.
  3. Manajer itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan direkturnya.
6.      Kelogisan
Kelogisan adalah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini menuntut adanya pola pikir yang sistematis/runtut/teratur. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika.
Contoh kalimat yang tidak logis:
  1. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki.
  2. Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya.
  3. Kepada Bapak direktur, waktu dan tempat kami persilakan.
  4. Uangnya terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, ribuan, seratus ribuan, dan sepuluh ribuan. (Silakan Anda perbaiki kalimat yang tidak logis tersebut!)
             Contoh Kalimat yang Salah dan Perbaikannya
1.      Bagi yang menitipkan sepeda motor harus dikunci.
Perbaikannya:
  1. Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci.
  2. Kuncilah sepeda motor yang dititipkan di sini!
2.      Bagi dosen yang berhalangan hadir harap diberitahukan kepada sekretariat.
Perbaikannya:
  1. Dosen yang berhalangan hadir harap memberi tahu sekretariat.
  2. Bagi dosen yang berhalangan hadir, harap memberitahukannya ke sekretariat.
3.      Saya melihat anak itu bingung.
Perbaikannya:
  1. Saya bingung melihat anak itu.
  2. Bingung saya melihat anak itu.
  3. Anak itu saya lihat sedang bingung.
  4. Saya melihat anak itu sedang kebingungan.
4.      Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
   Perbaikannya:
  1. Mereka beriring-iringan mengantar jenazah ke kuburan.
  2. Mereka mengantar rombongan pengiring jenazah ke kuburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar