Pilihan Kata
a. Denotatif ><Konotatif
1) Leksikal >< Gramatikal
2) Referensial ><Nonreferensial
3) Konseptual >< Asisiatif
4) Kias >< sebenarnya
b. Penggolongan makna
1) Kata Umum >< Kata Khusus
2) Kata Konkret >< Kata Abstrak
3) Kata Baku >< Kata Nonbaku
4) Kata Kajian >< Kata populer
5) Kata Slang, Jargon, Percakapan
- Relasi Makna
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenis makna adalah berbagai makna yang terdapat dalam sebuah bahasa. Jenis makna ini menunjukkan adanya perbedaan makna. Makna kata dalam Bahasa Indonesia bisa beraneka ragam karena berhubungan dengan pengalaman, sejarah, tujuan, dan perasaan pemakai bahasa. Meskipun makna kata itu beraneka ragam, namun tetap memiliki makna dasar (pusat). Penentu makna dasar memang tidak mudah. Suatu waktu kita sukar membedakan makna dasar dengan makna tambahan yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman pribadi, perbedaan lingkungan, profesi, tujuan dan perasaan pemakainya. Karena itu, penentu makna dasar bisa dipercayakan saja kepada leksikograf (penyusun kamus). Kosekuensinya, kamus dipercayai sebagai penyimpan dan perekam makna dasar sebuah bahasa. Secara singkat, ragam makna dapat dibagankan sebagai berikut:
RAGAM MAKNA


Makna Konseptual
Makna Sebenarnya


Makna Kiasan Makna Konotatif
MAKNA Makna Non Referensial
Makna Gramatikal
B. Pokok Bahasan
1. Ada berapa jenis dan makna kata yang terdapat dalam pilihan kata?
2. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan makna denotatif dan makna konotatif?
3. Apa perbedaan makna leksikal dan makna gramatikal?
4. Apa perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial?
5. Apa yang dimaksud dengan makna konseptual dan makna asisiatif?
6. Apa yang dimaksud dengan makna kias dan makna sebenarnya.
PEMBAHASAN
A. Pilihan Kata
Bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa yang digunakan oleh hampir seluruh orang Indonesia. Di Indonesia sendiri banyak sekali berbagai jenis bahasa yang digunakan antara lain adalah bahasa dari berbagai daerah yang ada di Indonesia tetapi tetap saja mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Suatu bahasa menunjukan indentitas dari bangsa tersebut. Jadi Bahasa Indonesia menunjukan Identitas dari bangsa Indonesia sendiri sebagai suatu bangsa.
Biarpun sebagai bahasa sendiri dan digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari tetap saja masih banyak orang Indonesia tidak mengerti bagaimana Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang baik dan benar atau sesuai dengan EYD memang jarang sekali dipakai dalam kehidupan sehari-hari tetapi digunakan dalam Penulisan-Penulisan Ilmiah. Dalam Penulisan Ilmiah terdapat yang nanamya Diksi atau Pilihan Kata. Diksi atau pilihan kata dalam Penulisan Ilmiah adalah kata-kata yang digunakan dalam penulisan yang berkaitan dengan hal atau masalah yang ingin dibahas atau sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Dan biasanya, seorang penulis tidak menguasai begitu banyak kosa kata yang ada dalam Bahasa Indonesia sehingga biasanya para penulis menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk membantu menemukan kata-kata yang akan digunakan untuk penulisannya. Seorang penulis menggunakan kosakata yang dimilikinya yaitu harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan sehingga memudahkan para pembaca mengerti dan memahami apa yang dibahas oleh penulis dalam tulisannya tersebut. Dalam memilih kata untuk sebuah Penulisan Ilmiah biasanya kita harus memilih dengan tepat kata yang akan dipakai. Karena jika kita memilih kata dengan tepat dapat menyebabkan seorang pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Selain harus tepat memilih kata kita juga harus memikirkan kesesuaian dari kata yang akan digunakan dalam pilihan kata. Karena kesesuaian kata digunakan untuk mengungkapkan gagasan yang disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan yang dihadapai oleh penulis. Oleh karena itu, untuk dapat memilih kata yang baik dalam penulisan maka penulis harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal kosa kata.
Biarpun sebagai bahasa sendiri dan digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari tetap saja masih banyak orang Indonesia tidak mengerti bagaimana Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang baik dan benar atau sesuai dengan EYD memang jarang sekali dipakai dalam kehidupan sehari-hari tetapi digunakan dalam Penulisan-Penulisan Ilmiah. Dalam Penulisan Ilmiah terdapat yang nanamya Diksi atau Pilihan Kata. Diksi atau pilihan kata dalam Penulisan Ilmiah adalah kata-kata yang digunakan dalam penulisan yang berkaitan dengan hal atau masalah yang ingin dibahas atau sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Dan biasanya, seorang penulis tidak menguasai begitu banyak kosa kata yang ada dalam Bahasa Indonesia sehingga biasanya para penulis menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk membantu menemukan kata-kata yang akan digunakan untuk penulisannya. Seorang penulis menggunakan kosakata yang dimilikinya yaitu harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan sehingga memudahkan para pembaca mengerti dan memahami apa yang dibahas oleh penulis dalam tulisannya tersebut. Dalam memilih kata untuk sebuah Penulisan Ilmiah biasanya kita harus memilih dengan tepat kata yang akan dipakai. Karena jika kita memilih kata dengan tepat dapat menyebabkan seorang pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Selain harus tepat memilih kata kita juga harus memikirkan kesesuaian dari kata yang akan digunakan dalam pilihan kata. Karena kesesuaian kata digunakan untuk mengungkapkan gagasan yang disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan yang dihadapai oleh penulis. Oleh karena itu, untuk dapat memilih kata yang baik dalam penulisan maka penulis harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal kosa kata.
B. Hal yang perlu kita amati dalam pilihan kata yaitu :
1. Kemampuan memilih kata dimungkinkan bila seseorang memilki kosakata yang luas.
2. Kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa serumpun.
3. Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat untuk situasi atau konteks tertentu.
C. Syarat Ketepatan Pemilihan Kata
Terdapat 6 syarat, yaitu :
a. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.
Contoh :
Bunga mawar = tumbuhan yang dapat berbunga
Bunga bank = suku bunga yang di berikan bank kepada nasabah
b. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh :
Pengubah
Peubah
c. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaanya.
Contoh :
Intensif – insetif
Preposisi – proposisi
d. Dapat memahami dengan tepat makna kata - kata abstrak.
Contoh : Kebijakan, kebajikan, kebijaksanaan.
e. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Antara….dan….
Tidak….tetapi…
f. Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi.
D. Jenis Kata
Hampir semua tatabahasa sekarang mendasarkan pembagian jenis kata menurut Aristoteles. Sebenarnya Aristoteles sendiri tidak membagi kata-kata atas sepuluh jenis kata. Ia hanya meletakkan sisetmatikanya. Pembagian jenis kata mula-mula terdiri dari 8 jenis kata.
Ketika orang-orang Eropa lainnya berusaha menyusun tata bahasa dari bahasa-bahasa mereka menurut contoh tatabahasa Yunani-Latin, maka ditambahkan lagi jenis kata baru sesuai dengan sifat bahasa mereka yaitu Kata Sandang serta Kata Seru diberi status sebagai satu jenis kata. Dengan demikian kesepuluh jenis kata itu diterima dalam semua tatabahasa yang disusun berdasarkan tatabahasa Eropa.
Pembagian ini oleh kebanyakan orang dianggap keramat atau dianggap sebagai suatu dasar yang tak dapat dirubah lagi karena sudah mencapai titik kesempurnaan. Tetapi bila kita berpikir lebih dalam bahwa dasar pembagian itu bertolak dari kaidah-kaidah filsafat, sedangkan bahasa tidak selamanya harus diperlakukan dengan dasar-dasar filsafat, maka sudah tentu ada kelemahan-kelemahan dari pembagian di atas. Bahwa pengertian dan konsep yang diberikan kepada masing-masingnya itu mungkin masih dapat diterima, tetapi menempatkan kesepuluhnya dalam suatu klasifikasi yang disebut jenis kata agaknya sulit untuk diterima oleh ahli-ahli bahasa modern.
Walaupun demikian sebaiknya kita mengikuti dahulu cara pembagian mereka (Tradisional), memahami dasar-dasar yang dipergunakan untuk mengadakan klasifikasi jenis kata ini, menunjukkan kekurangan-kekurangannya, baru kemudian kita berusaha memberi suatu pembagian lain yang bertolak dari dasar-dasar yang lebih riil.
Pembagian Jenis Kata Menurut Tatabahasa Tradisional
Kesepuluh jenis kata yang biasa dibaca dalam tatabahasa tradisional adalah sebagai berikut:
1. Nomina (Kata Benda)
Nomina adalah nama dari benda, seseorang, tempat, dan segala sesuatu yang dibendakan.
Perhatikan kata berikut:
Lemari itu bagus.
Kenyataanya membuahkan hasil.
Kata’ lemari’ pada kata pertama disebut kata benda berwujud/konkrit karena dapat dilihat, diraba dan terlihat wujudnya.
Sedangkan kata ‘kenyataanya’ pada kata kedua disebut kata benda tidak berwujud/ konkrit karena tidak bisa dilihat. Contoh kata sejenis : keindahan, kesabaran, ketabahan, dan sebagainya.
Kata benda konkrit yang menunjukkan nama diri, nama jenis dan zat.
Contoh: Mira menyapu halaman
( nama diri )
Buku itu harganya mahal
( nama jenis)
Air ini terasa sangat dingin
( nama zat )
Kata benda bahasa Indonesia berbeda dengan kata benda bahasa yang berfleksi. Kata benda pada bahasa fleksi mengenal perubahan bentuk berdasarkan jumlah dan berdasarkan kelamin. Sedangkan kata benda bahasa Indonesia tidak menjalankan perubahan bentuk.
Ciri kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya, yaitu:
a. Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak
b. Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat,
paling)
c. Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib
d. Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang dan sebagainya.
2. Verba (Kata Kerja)
Verba (bahasa Latin: verbum, "kata") atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
a. Kata kerja transitif
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek.
Contoh:
Dika membeli buku matematika.
Buku Matematika dibeli oleh Dika.
b. Kata kerja intransitif
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek.
Contoh :
Amri berbicara di depan kelas.
Dalam Tata Bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf, menentukan
kata kerja harus mengikuti 2 prosedur, yaitu:
1) Bentuk
Segala kata yang mengandung imbuhan: me-, ber-, di-, -i, -kan, digolongkan kedalam kata kerja. Tapi, disamping itu ada pula sejumlah kata kerja yang tidak mengandung unsur-unsur itu, tetapi secara tradisional termasuk kata kerja : tidur, bangun, pergi, datang, makan, minum, dan lain-lain. Kata kerja demikian disebut kata kerja aus/kata kerja tanggap.
a) Kelompok Kata
Segala macam kata yang tersebut di atas, dalam segi kelompok kata mempunyai satu kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan di tambah dengan kata sifat.
Contoh:
Dia menari dengan indah
Dia berbicara dengan lantang
Imbuhan kata kerja
Awalan pembentukan kata kerja.
Adapun awal pembentukan kata kerja ialah : me-, ber-, di-.
Contoh: Memotong, Bersalaman, Dipinjam.
Contoh: Memotong, Bersalaman, Dipinjam.
Akhiran pembentukan kata kerja terdiri dari akhiran -kan dan -i.Contoh: Membangunkan, Menuruni.
Kombinasi awalan dan akhiran pembentukan kata kerja:
me – kan
Contoh: menaikan
me – i
Contoh: menemui
ber – an
Contoh: berpegangan
Ciri utama kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya, yaitu:
a. Dapat didampingi dengan adverbia negasi tidak atau tanpa.
Contoh : tidak datang
tanpa membaca
b. Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi.
Contoh : sering datang
jarang makan
c. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan
penggolongannya.
Contoh : sebuah * membaca
butir * menulis
Namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti:
kurang membaca
sedikit menulis
d. Tidak dapat didampingi oleh adverbial derajat.
Contoh : agak * pulang
kurang * pergi
e. Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses)
Contoh : sudah makan
sedang mandi
f. Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian
Contoh : belum mandi
baru datang
g. Dapat didampingi oleh semua adverbial keharusan
Contoh : harus pulang
boleh mandi
h. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbial kepastian
Contoh : pasti datang
mungkin pergi
tentu pulang
barangkali tahu
3. Adjektif
Menurut Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda: tinggi, rendah, lama, baru, dan sebagainya.
Adjektif dalam bahasa-bahasa Barat selalu harus selaras dengan kata benda yang diikuti dalam tiga hal, yaitu:
a. dalam casus nya;
b. dalam jumlahnya (numerus);
c. dan dalam jenis kata (genus).
Adjektif selanjutnya dapat mengambil bentuk-bentuk yang istimewa bila ditempatkan dalam tingkat-tingkat perbandingan (gradus comparationis), untuk membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain. Taraf-taraf perbandingan itu adalah:
a. Tingkat biasa atau gradus positivus.
b. Tingkat lebih atau gradus comparativus.
c. Tingkat paling atau gradus superlativus.
Selain dari ketiga tingkat perbandingan ini masih ada satu hal yang lain yaitu: keadaan yang sangat tinggi derajatnya, tetapi dengan tidak mengadakan perbandingan dengan urutan-urutan keadaan yang lain. Derajat semacam ini disebut elatif, misalnya:
Yang terpenting, ialah memilih kawan-kawan yang dapat dipercaya.
Gunung itu terlalu tinggi.
Kedudukan jenis kata ini jelas dalam bahasa-bahasa Barat. Kata-kata ini bias dikenal segera karena bentuknya yang khusus yang diambil berdasarkan kata benda yang diikutinya (dalam hal genus, numerus, dan casus) maupun berdasarkan tingkat-tingkat perbandingannya.
4. Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini.
Cara pembagian kata ganti bermacam-macam tergantung rujukan yang digunakan. Berikut adalah salah satu cara penggolongan pronomina:
a. Kata ganti orang. Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal maupun jamak.
1) Kata ganti orang pertama. Misalnya: saya, aku, kami, kita.
2) Kata ganti orang kedua. Misalnya: engkau, kamu, kalian.
3) Kata ganti orang ketiga. Misalnya: dia, beliau, mereka.
b. Kata ganti pemilik. Misalnya -ku, -mu, -nya.
c. Kata ganti penanya; berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau jumlah. Misalnya apa, kapan, ke mana, bagaimana, berapa.
d. Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
e. Kata ganti penghubung. Misalnya yan
f. Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.
5. Numeralia (kata bilangan)
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan. Jenis numeralia yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu numeralia tentu, numeralia tak tentu, dan numeralia tingkat.
a. Numeralia Tentu
Kata yang menyebutkan bilangan yang menunjukan jumlah tertentu.
Contoh:
’ satu ’
’ empat ’.
’ sepuluh ’.
’ dua puluh ’.
’ seratus ’.
’ setengah ’.
’ sepertiga ’.
b. Numeralia Tak Tentu
Numeralia yang belum di ketahui secara jelas besarnya/jumlahnya. Dalam bahasa galolen hanya sedikit kata-kata yang menyatakan bilangan tertentu.
Contoh :
’ banyak ’,
’ sedikit ’.
’ semua ’.
’ beberapa ’.
c. Numeralia Tingkat
Kata bilanganya yang menyatakan tingkat.
Contoh:
’ pertama
’ kedua ’.
’ ketiga ’.
’ keempat ’.
d. Numeralia Kumpulan
Kata bilangan yang menyatakan kumpulan.
Contoh :
‘kedua’
‘kesepuluh’
‘berdua’
‘bertiga’
6. Adverbia
Kata-kata Keterangan atau adverbia adalah kata –kata yang memberi keterangan tentang:
a. Kata Kerja
b. Kata Sifat
c. Kata Keterangan
d. Kata Bilangan
e. Seluruh Kalimat
T Jenis adverbia
Cara penggolongan kata keterangan keterangan bermacam-macam tergantung dari sumber rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara pembagian kata keterangan.
Kata keterangan alat. Misalnya: dengan.
Kata keterangan kesertaan. Misalnya: bersama.
Kata keterangan perlawanan. Misalnya: meskipun.
Kata keterangan tujuan. Misalnya: untuk.
Kata keterangan sebab. Misalnya: karena.
Kata keterangan akibat. Misalnya: maka.
Kata keterangan waktu. Misalnya: kemarin.
Kata keterangan tempat. Misalnya: sana.
Kata keterangan syarat. Misalnya: jika.
Kata keterangan derajat. Misalnya: sedikit, banyak.
Kata keterangan keadaan. Misalnya: sungguh-sungguh.
Kata keterangan kepastian. Misalnya: mungkin
7. Konjungsi (Kata Sambung)
Kata Sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat. Cara atau sifat menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat itu dapat berlangsung dengan berbagai cara:
a. Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
b. Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
c. Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum, sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, tatkala, waktu.
d. Menyatakan tujuan: supaya, agar.
e. Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
f. Menyatakan akibat: sehingga, sampai.
g. Menyatakan syarat: jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.
h. Menyatakan pilihan: atau… atau…, …maupun, baik… baik…, entah… entah….
i. Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
j. Menyatakan tingkat: semakin… semakin…, kian… kian….
k. Menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun.
l. Pengantar kalimat: maka, adapun, akan.
m. Menyatakan penjelas: yakni, umpama, yaitu.
n. Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
8. Preposisi (kata depan)
Kata yang biasa terdapat di depan nomina, Preposisi (Bahasa Latin: “p r a e”, "sebelum" dan “p o n e r e”, "menempatkan, tempat") atau kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan. Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:
Preposisi yang menandai tempat. Misalnya, di, ke, dari.
Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya, untuk, guna.
Preposisi yang menandai waktu. Misalnya, hingga, hampir
Preposisi yang menandai sebab. Misalnya, demi, atas.
Preposisi yang menyatakan orang, nama orang / nama binatang / nama waktu.
Selain dari itu, ada kata-kata depan yang lain baik berupa kata gabungan maupun kata tunggal. Seperti di mana, di sini, di situ, akan, oleh, atas, bawah, dalam, guna, unjuk gigi.
9. Artikel (kata sandang)
Kata Sandang itu tidak mengandung suatu arti, tetapi memiliki fungsi. Dalam bagian mengenai kata ganti penghubung sudah dibicarakan pula tentang yang, yang pada mulanya hanya mengandung fungsi penentu . Itulah fungsi pertama dari Kata-kata Sandang.
Kata sandang bisa digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba, pronomina, atau verba pasif.
Adapun fungsi Kata Sandang seluruhnya dapat disusun sebagai berikut:
1) Menentukan kata benda.
2) Menstubstansikan suatu kata: yang besar, yang jangkung, dan sebagainya.
Kata-kata Sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah yang, itu, nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sang, hang dan dang banyak digunakan dalam kesusastraan lama, sekarang amat jarang digunakan lagi, kecuali sang, yang kadang-kadang digunakan untuk mengagungkan, kadang untuk menyatakan ejekan atau ironi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar