Jumat, 26 Agustus 2011

MODUL BAHASA INDONESIA STIE MATERI 3

Prinsip Dasar Penalaran
                                                Tujuan

1.     Mahasiswa  mampu menemukan fakta dan penganutan dalam penalaran
2.     Mahasiswa mampu memahami prinsip dalam menentukan fakta
3.     Mahasiswa mampu memahami proses penalaran
4.     Mahasiswa mampu memahami penalaran Induktif (generalisasi, analogi, hubungan sebab akibat/kausalitas)
5.     Mahasiswa mampu memahami penalaran deduktif (silogisme, entimen)
Pendahuluan
Suatu penelitian pada hakekatnya dimulai dari hasrat keingintahuan manusia yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan maupun permasalahan-permasalahan yang memerlukan jawaban atau pemecahannya, sehingga akan diperoleh pengetahuan baru yang dianggap benar. Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik.
             Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.  Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
               Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di kehidupan sehari-hari (misalnya dalam berkomunikasi). Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
               Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan (kehidupan sehari-hari) dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi. Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seperti cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan.
              Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Pembahasan
A.    Fakta
Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data.
Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.
Contohnya, fakta bahwa bumi ini bulat. Ketika seseorang mengelilingi bumi dengan berjalan ke arah timur atau ke arah barat, pada akhirnya ia akan kembali ke titik awal. Fakta ini bukan berdasarkan sudut pandang pribadi, atau pendirian dari kelompok tertentu saja. Karena riset telah membuktikan dan memang telah terbukti 100% (diverifikasi) bahwa bumi ini bulat. Fakta inipun menjadi sebuah teori dalam ilmu pengetahuan.
Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:
1.        Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas
Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu pengamatan.
Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang benar dari suatu pengamatan.
2.        Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena.
3.        Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat
4.        Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan
5.        Informasi mengenai subyek tertentu
6.        Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
B.    Prinsip Penalaran
 Definisi penalaran adalah sebagai berikut :
1. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan  pemikiran.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3. Proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
C. Prinsip Penalaran

Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip. Adapun, aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan bahwa suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Ketiga prinsip penalaran yang dimaksudkan adalah prinsip identitas/ identity, prinsip nonkontradiksi / non-contradiction, dan prinsip eksklusi tertii / excluded middle.

Prinsip identitas menyatakan bahwa sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri. Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka sampai kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.
Prinsip nonkontradiksi menyatakan bahwa sesuatu tidak mungkin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan. Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya sifat p atau non p. Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya, dan jika ada kontradiksi maka tidak ada sesuatu di antaranya sehingga hanyalah salah satu yang diterima. Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh prinsip identitas :
 Asas (merupakan suatu teori atau dasar yang tidak bisa ditentang)
Contoh kalimat prinsip non kontradiksi
Tidak ada manusia yang sangat kuat ataupun lemah di dunia ini.
(kalimat tersebut menunjukkan bahwa sifat yang berlawanan (sangat kuat ataupun lemah) tidak terdapat pada manusia).
Contoh prinsip eksklusi tertii
Korea Selatan merupakan satu-satunya negara dengan koneksi internet tercepat.
(kata “satu-satunya” menunjukkan hal yang paling menonjol yang dimiliki satu objek (Korea Selatan)).
D. Penalaran Deduktif dan Induktif
Baik induktif maupun deduktif  selalu mengemukakan pernyataan berdasarkan pernyataan itulah ditarik kesimpulan pernyataan yang menjadi dasar penalaran ini disebut premis. Premis umumnya dalam proses penyimpulan dalam deduktif menggunakan premis umum.
Ada 2 cara untuk menarik kesimpulan deduksi:
1.      Penarikan kesimpulan dari 1 premis.
2.      Penarikan kesimpulan dari 2 premis.

                        Contoh Penarikan kesimpulan dari 1 premis:
Setiap tanggal 1 Januari merupakan hari libur umum.
Kesimpulan : Pada tanggal tersebut kalender berwarna merah.
                        Tanggal tersebut diperingati sebagai tanggal pergantian tahun baru.
Contoh penarikan kesimpulan dari 2 premis:
Premis I (premis umum) : Semua siswa SMA mengenakan pakaian seragam ketika   masuk sekolah.
Premis II (premis khusus) : Lina seorang siswa SMA.
Kesimpulan                      : Lina mengenakaan pakaian seragam sekolah ketika masuk sekolah.
Jenis-jenis penalaran deduktif:
A.    Silogisme
Adalah jenis penalaran yang di dalamnya selalu ditemukan 2 premis, 1 simpulan.
            Kedua premis tersebut yaitu premis umum (premis mayor) dan premis khusus  (premis minor).
            Agar lebih jelas perhatikan keterangan berikut:
Premis umum menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu memiliki sifat/hal tertentu.
Premis khusus menyatakan bahwa sesuatu/seseorang memiliki sifat/hal tertentu.
Simpulan menyatakan bahwa sesuatu/seseorang memiliki sifa/hal tertentu.

Jenis-jenis silogisme
1.    Silogisme kategorial (positif) yaitu bentuk silogisme yang premis umum maupun premis khusus bersifat positif sehingga kesimpulannya juga bersifat positif.
Contoh:
PU  : Semua peserta ujian nasional harus memiliki kartu peserta ujian.
PK  : Andi seorang peserta ujian nasional.
S    : Andi harus memiliki kartu peserta ujian nasional.

2.   Silogisme negatif yaitu silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif sehingga kesimpulannya juga harus bersifat negatif.
    Contoh:
    Pu       : Semua penderita tekanan darah tinggi tidak diperkenankan makan daging kambing
    Pk   : Pak Andi seorang penderita tekanan darah tinggi.
   S    : Pak Andi tidak diperkenankan makan daging kambing.

3.   Silogisme hipotesis yaitu silogisme yang menuntut persyaratan tertentu yang harus terpenuhi lebih dahulu sehingga yang lain akan terlaksana.
Rumus : jika P, maka Q
P  karena itu Q
Contoh:
Jika hujan tidak turun, maka panen akan gagal.
             Hujan tidak turun karena itu panen gagal.

4.   Silogisme alternatif yaitu yang didalam PU ditawarkan pilihan dan PK membenarkan atau membantah salah satu alternatif tersebut sehingga kesimpulannya harus membantah atau membenarkan alternatif lain
Rumus: A=B atau C             atau                A=B atau C
  A=B                                                  A=C
  A C                                                 A B
 Contoh:
Andi ada di kelas IPA atau dikelas IPS.
Andi ada dikelas IPA.
Karena itu andi tidak ada di kelas IPS.
Atau
Andi ada di kelas IPA atau dikelas IPS.
Andi tidak ada di kelas IPA.
Karena itu Andi ada di kelas IPS.

     Entimem
Yaitu silogisme yang diperpendek dengan tidak menyebutkan PU. Yang ditampilkan adalah simpulan  (S) dan PK sebagai penyebabnya.
Rumus: C=B (simpulan) karena C=A (simpulan)
Silogisme :
PK             (C=B) Andini siswa yang baik.
S                (C=A) Andini tidak akan pernah bolos.
Entimem : Andi tidak akan pernah bolos karena dia seorang siswa yang baik.

Kekeliruan-kekeliruan
1.  Kita menarik kesimpulan dari 2 premis khusus, bila terpaksa maka keseimpulan  tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan.
PK                 Rudi diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
PK                 Rudi memiliki nilai rata-rata 8,0.
S                   Nilai rata-rata 8,0 diterima di Perguruan Tinggi Negeri. (keliru)

2.   Dalam premis umum kata semua diganti sebagaian/tidak semua/beberapa, maka tidak ada kesimpulan.
Contoh PU     : Beberapa orang kaya sombong
             PK      : Pak Sabar orang kaya
             S         : Pak Sabar sombong. (keliru)
        3.   Menarik kesimpulan dari 2 premis bersifat negatif maka kesimpulannya juga tidak    dapat dipercaya.
  Contoh PU   :Semua burung tidak melahirkan anak.
              PK     :Ayam bukan burung
              S        :Ayam tidak melahirkan anak. (keliru)
Metode penalaran induktif adalah  suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
                            
GeneralisasiGeneralisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
1. Tamara adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
2. Nia adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.


Generalisasi: Semua bintang iklan berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang iklan berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Olga juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi
Generalisasi sempurnaAdalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk

Generalisasi tidak sempurnaAdalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Seluruh pria dewasa suka merokok.

KausalitasKausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang diharusi dan pasti di antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas yang merupakan hubungan sebab-akibat ini dibedakan menjadi:
1.        Hubungan akibat-sebab yaitu penalaran yang diawali dengan mengemukakan fakta sebagai akibat kemudian dianalisis untuk mencari sebabnya.
      Contoh      : Kebakaran yang melanda daerah tersebut disebabkan ledakan tabung gas.
2.        Hubungan sebab-akibat yaitu penalaran yang diawali dengan mencari fakta sebagai sebab kemudian sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat.
      Contoh : Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 lalu mengakibatkan tewasnya    ratusan ribu korban jiwa.
3.        Hubungan kaulitas yang terkait dengan mengapa-sebab yaitu penalaran yang berpangkal pada suatu sebab yang menimbulkan serangkain akibat-akibat pertama akan berubah menjadi sebab yang akan menimbulkan akibat ke-2 demikian seterusnya.
Contoh     : Tsunami yang melanda Jepang mengakibatkan rusaknya reaktor nuklir. Kerusakan tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan yang besar.
                                               AnalogiAnalogi adalah jenis penalaran yang memperbandingkan 2 unsur yang mempunyai banyak persamaan (induktif) atau banyak perbedaan (deklaratif). Analogi dibedakan menjadi analogi induktif (memperbandingkan 2 unsur yang mempunyai banyak persamaan dan dapat disimpulkan) dan analogi deklaratif (memperbandingkan 2 unsur yang mempunyai banyak perbedaan dan tidak dapat ditarik kesimpulan). Pada analogi deduktif dipergunakan kata-kata majas similar (bagai, laksana, seperti, bak, dan lain-lain).
Contoh analogi induktif      :
 Menjadi seorang Polri perlu melatih jiwa dan mental dengan baik. Menjadi seorang ABRI perlu melatih jiwa dan mental dengan baik juga. Jadi, menjadi seorang Polri atau ABRI perlu melatih jiwa dan mental dengan baik.
Contoh analogi deklaratif       :
Bagaikan badai mengamuk, memorakporandakan segala sesuatu yang ditemui. Rumah-rumah berantakan, pohon-pohon bertumbangan tiada bersisa. Tinggallah akhirnva dataran yang luas dan sunyi dengan puing-puing gedung dan pohon-pohon yang tumbang. Demikianlah penderitaan telah membuatnva hancur luluh tanpa ampun. Rasanya tak ada lagi yang tersisa, kecuali bagan yang hampa rasa, tanpa citra, cipta, dan karya.
Tulisan di atas merupakan contoh analogi deklaratif. Dalam tulisan ini hebatnya penderitaan digambarkan sebagai badai yang menghancur ratakan suatu daerah. Maksudnya tentu saja agar pembaca dapat lebih menghayati bagaimana beratnya penderitaan yang dialami.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar